BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

Rabu, 11 Juni 2008

Dimana Saudaraku Rabb...??

Dunia ini sungguh sepi...
sepi dari kebenaran
sepi dari orang-orang yang selalu menjaga kesucian

Diri didunia serasa sendiri,
tiada sahabat yang menemani,
kecuali semilir angin segar yang menyapu lembut wajah,
dan suara-suara binatang malam
yang bersahutan seolah menghiburku

Rabbi,
Begitu banyak saudaraku...
seiman ! sesujud ! selafadz ! sekiblat !
Tapi mengapa hari ini aku merasa sendiri ??
Amat... sepi...
dimana mereka semua Rabbi...?

Kudatangi rumah mereka, terkunci !
letih...kucari tiada jumpa,
akupun pulang pada-Mu
ya. letihku bermuara disini.
dalam isak disela sujudku, aku merajuk pada-Mu


Bandung. Mei 2005

Hanya Untuk Rabb-ku

Disaat kutafakuri diri...
betapa kerdilnya diri dimata-MU Illahi.
Kucoba tuk lebur segala dosa dari keangkuhan dalam hidup,
Dan kusesali diri, mengapa harus terjadi ?

Rabbi,
Kekhusyuanku entah dimana,
Saat Kau seru, aku tidak menyahut,
seakan aku ini tuli.

Kusadar, dakwah adalah kewajiban,
namun ku hanya menyambutnya sekali-kali,
itupun tidak penuh kesungguhan

Butakah engkau wahai jiwaku ??
ditengah umat dalam kubangan kemaksiatan dan kekufuran,
kumasih berkutat dengan kepentingan sendiri.

Rabbi,
Bila demikian, layakkah diri memasuki firdaus-Mu ??
Layakkah diri terhindar dari adzab-Mu ??
Berhakkah diri Engkau panggil dengan sapaan mesra,
Ya...Ayyatuhannafsul Muthmainnah ??

Rabb, ampuni segala khilafku,
satu hal yang harus terpatri dalam hidup ini selamanya,
Hanya Engkau ya Rabb, yang menjadi tujuan hidup,
dan kutahu, hanya diri-Mu yang berkuasa atas diri,
tiada satupun yang dapat menandingi kebesaran-Mu




Bandung, Mei 2005

Yang Merindu-Nya,

Rabu, 28 Mei 2008

Ada Satu Amanah Mulia di Pundak Kita

“Wahai Rasul ! sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhan-Mu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tida menyampaikan amanah-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah)

Keindahan dunia begitu menyilaukan mata, membuat kita terlena dan selau ingin berlari ingin mencarinya. Setelah didapat, membuat kita terlelap dininabobokan oleh dunia yang hina, sehingga lupa bahwa kaki kita harus dipijakkan dalam satu perjuangan menjalankan amanah-Nya. Memang, itu tidaklah mudah. Membutuhkn pengorbanan dan kerja keras dari para pengemban-Nya. Tapi, semua itu akan Allah balas dengan jannah-Nya. Insya Allah.

“Hai orang-orang beriman, Sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu kedalam Syurga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di syurga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Ash-Shaf)

Sekali lagi perjalanan ini tidaklah mudah. Kadang kakipun terasa berat untuk dilangkahkan dan tanganpun terasa berat untuk berbuat. Karena perjalanan ini tidak hanya membutuhka teoritis tapi juga realisasi dari para pengemban-Nya. Untuk mengeluarkan sebuah teori memang mudah, tapi untuk merealisasikannya membutuhkan sebuah perjuangan yang begitu berat.

Bukan ! Amanah kita bukan hanya sekedar memenuhi rukun dari agama kita saja. Masih ada amanah lain yang kebayakan ditinggalkan oleh umat Islam sendiri.

Apa kita masih berdiam diri ketika kezaliman sangat nampak di depan mata kita sendiri ? Ketika kejujuran sudah menjadi hal yang sangat sulit ditemukan, ketika tolong menolong antar saudara sediri sudah menjadi barang yang sangat mahal,ketika kebobrokan moral sudah tidak dipedulikan, ketika kebenaran hanya sekedar tinggal kata-kata. Ketika ayat-ayat-Nya hanya tinggal sebatas hiasan lisan (naudzubillah) ?

Lalu mana amanah-Nya yang sudah tersampaikan? Jangan-jangan saat ini kita masih berkutat dengan kepentingan sendiri, belum ada sesuatu yang bias kita persembahkan untuk agama kita, untuk umat, untuk generasi Islam yang akan datang ?

Bangunlah Saudaraku !

Islam menantimu, tempalah ruhimu, susullah mereka yang sudah mendahului melangkah di jalan-Nya. Jika kita masih terlena dengan kenikmatan dunia, dengan hangatnya selimut dan empuknya kasur, dengan enaknya makanan yang terhidang dihadapan, dengan indahnya alunan musik yang melenakan. Maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa selain ketertinggalan dan penderitaan akhirat yang tiada henti. Wallahu ‘Alam

Senin, 19 Mei 2008

Kekuatan Qiyamullail

“ Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ketempat yang terpuji.”

(QS. al-Isra [17]: 79)

Alangkah malunya jika kita mengaku mencinta-Nya tapi tidak mau menyambut kedatangan-Nya disepertiga malam terakhir. Padahal pada saat itu ditengah keheningan Dia datang untuk memberikan rahmat-Nya.

Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Allah setiap malam turun kelangit bumi pada sepertiga malam terakhir dan berfirman, “ Siapa yang berdo’a kepada-Ku maka akan Aku kabulkan do’anya ! Siapa yang memohon kepada-Ku maka kan Aku berikan permohonannya ! Siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka kan Aku ampuni.” (HR Bukhari Muslim)

Begitu Maha Rahman dan Maha Rahim-Nya Allah, pada saaat itu Dia memberikan apa yang kita panjatkan pada-Nya. Namun, tidak cukup sampai disitu. Dia pun memberikan dan mencurahkan Rahim-Nya disisi lainnya, yaitu: kemuliaan, ketenangan jiwa, dan kekuatan mental.

“Ketahuilah kemulaan seorang muslim tergantung pada shalat malamnya…”

(HR Tabrani dari Sahal bin Sa’ad ra )

Kemuliaan seseorang bukan tergantung pada tingginya jabatan yang ia sandang, bukan terletak pada kepopulerannya seseorang. Karena tidak sedikit orang pupuler malah dicibir dan dihinakan banyak orang dan juga bukan tergantung pada banyaknya harta yang dimiliki. Seorang Qarun pun hidupnya tidak menjadi mulia dangan melimpahnya harta. Itu semua hanyalah kenikmatan dunia yang hanya Fatamorgana dan sesaat.

Kemuliaan akan diperoleh oleh seorang hamba jika seorang hamba itu mencintai penciptanya dan Sang Pencipta pun mencintainya.

“ Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam syurga-Ku.” (QS al-Fajr: 27-30)

Keoptimisan dalam diri akan senantiasa menghiasi diri bagi mereka yang senantiasa menghidupkan malamnya dengan qiyamullail. Kesejukan jiwa akan dirasa ketika kalimat-kalimat-Nya kita lantunkan di keheningan malam. Dan beban yang kita pikul menjadi terasa ringan, ketengan menjalani hidup menyelusup dalam hati mengantar menjalani hari-hari kita yang tak mudah dilalui. Kerinduan akan perjumpaan kita dengan Sang Khaliq semakin kuat bersemayam dalam hati, mendorong diri untuk melangkah pada jejak yang pasti menuju perbekalan panjang, sebagai ajang persiapan diri menanti hari perjumpaan dengan-Nya.

Kekuatan jiwa akan teraih bila kita suda bisa mempertahankan malam-malam kita dengan qiyamullail, sehingga keloyalitasan untuk berkorban Fisabilillah tidak dipertanyakan lagi. Lain halnya bagi orang yang enggan menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamullail, untuk melaksanakan ibadah yang beresiko kecil saja enggan, apalagi melaksanakan ibadah yang memerlukan banyak pengorbanan.

Bukankah Rasulullah saw lebih mencintai para sahabat yang selalu menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamullail ?

Pada Suatu hari beberapa sahabat mendatangi Rasulullah dan mengadukan bahwa si fulan tidak mengerjakan qiyamullail. Baginda Rasulullah saw pun bersabda,

“ Syetan kencing ditelinga orang tersebut…”

(HR Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i)

Bukankah panji-panji Islam ini ingin kembali bangkit ? Lalu bagaimana mungkin cita-cita itu akan kita raih jika ruh kita masih lemah dan bermalas-bermalasan ?!

Diriwayatkan oleh Al-Ayyubi, sang pembebas Maqdis. Di masa-masa pertempuran yang sedang ia jalani, pada waktu dini hari beliau biasa menyamar untuk menyelidiki bala tentaranya dikemah mereka masing-masing. Shalahudin menjenguk kemah-kemah yang mana didirikan shalat malam didalamnya dan kemah-kemah yang mana penghuninya tertidur lelap. Keesokan harinya, ketika memilih tentara untuk berperang beliau memanggil kemah-kemah yang penghuninya berqiyamullail, dan tidak memanggil tentara yang tidur tanpa melakukan qiyamullail. Karena golongan yang kuat tidurnya tidak memiliki mental yang cukup kental dan kuat untuk melawan musuh.

“Rabb kita mengagumi dua orang laki-laki. Pertama, seorang laki-laki yang meninggalkan alas tidur dan selimutnya dari sisi keluarga dan istri tercinta untuk melakukan shalat malam. Maka Allah swt berfirman, “ Lihatlah hamba-Ku, dia meniggalkan alas tidur dan selimutnya dari sisi istri dan keluarganya untuk melakasanakan shalat malam karena mengharap karunia-Ku dan takut terhadap siksa-Ku. Kedua, seorang laki-laki yang berjuang di jalan Allah, ketika dia melihat teman-temannya terpukul mundur dan dia tahu akibat dari kekalahan itu, namun dia tetap maju pantang mundur hengga tetes darah yang terakhir. Maka Allah swt berfirman, “ Lihatlah hamba-Ku dia kembali dari peperangan semata-mata karena mengharap karunia-Ku dan takut terhadap siksa-Ku, hingga dia rela mencucurkan darahnya yang terakhir.”

(HR Ahmad dan Abu Ya’la dari Ibnu Mas’ud ra )

“ Hendaklah kalian mengerjkan qiyamullail, karena qiyamullail adalah kebiasaan orang-orang soleh sebelum kalian, sebab qiyamullail mendekatkan diri kepada Allah, mencegah diri dari dosa, menghapus kesalahan-kesalahan dan mengusir penyakit dari tubuh.”

(HR at-Tirmidzi dan al-Hakim dari Abu Umamah ra )

Rabu, 14 Mei 2008

Dimana Kebahagiaan Itu...???

Setiap orang selalu mendamba untuk mendapatkan predikat kata yang satu ini; ”BAHAGIA.” Berbagai macam jalan telah dilalui, berbagai macam cara telah diterjuni, bahkan kelelahan telah menyelimuti dalam diri demi sebuah kebahagiaan.

Sahabat, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dapat di genggam. Kebahagiaan tidak bisa didapat dengan cucuran keringat, dengan berlari kencang. Itu akan sangat meyulitkan bagi kita jika mendapatkan kebahagiaan hanya dengan cara seperti itu. Jika caranya hanya seperti itu tentunya sangat sedikit sekali makhluk di dunia ini yang dapat merasakan kebahagiaan. Karena kebahagiaan bukan untuk dikejar. Semakin panjang langkah kaki kita untuk mengejarnya, maka semakin sulit kebahagiaan itu kita dapat.

Sahabat, kebahagiaan yang sesungguhnya selalu bersama kita. Kemanapun kita melangkah, apapun yang kita jalani. Dalam langkah kita; ketika kita sendiri, ketika kita sedang menikmati sunyi, ketika kita sedang dirundung rindu, ketika kita sedang disibukkan dengan pekerjaan kita. Disitulah kebahagiaan itu selalu hadir menemani, tapi kita sangat jarang menyadari. Karena kita tidak bisa menikmati setiap langkah yang kita jalani.

Sahabat, kebahagiaan itu ada di sini….di dalam jiwa ini ! ya, kebahagiaan itu ada dalam kalbu kita. Cobalah untuk menelusuri….
Kemanapun pergi, dia akan senantiasa menemani. Jika kita senantiasa menikmati alunan keindahan dalam setiap langkah kita. Bahkan kesedihan pun akan menjadi kebahagiaan jika kita mau menyelami.

Ya, ternyata kebahagiaan selalu berada di sekeliling kita. Selalu mengikuti langkah kita. Sehingga tidak perlulah kita untuk mencari, bahkan berlari.

Allahu ‘Alam,

Senin, 12 Mei 2008

Belajar Pada Tadhiyah Khadijah


Belajar Pada Tadhiyah Khadijah

Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari sosok mujahidah yang lahir pada awal kedatangan Islam ini. Terutama dalam hal Tadhiyyah. ”Tiada perjuangan tanpa pengorbanan.”

Seorang Mujahid pernah berujar :

”Seharusnya Al-akh yang sejati akan merasa sumpek dan tidak puas jika dalam satu hari ia tidak melakukan tadhiyyah di jalan-Nya.”

Hari ini jalan juang telah dilangkahkan, hari–hari telah dilalui dengan penuh pengorbanan. Dan pengorbanan hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang siap berada pada barisan terdepan. Siapkah kita untuk seperti mereka? Atau kita hanya akan seperti umat Nabi Musa ketika diseru untuk berjuang,

”Pergilah bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, kami menanti disini saja.”

(QS. Al-Maidah : 24)

Dalam konteks keakhwatan, kita dapat belajar dari sosok-sosok mujahidah pilihan Allah. Seperti Khadijah yang rela mengorbankan seluruh harta, jiwa dan raganya untuk perjuangan Islam, rela merasakan lapar yang amat sangat, dan panasnya padang pasir yang harus dilalui ketika harus menemani hijrahnya Rasulullah yang mulia.

Siti Hajar yang rela ditinggalkan dipadang pasir tandus beserta bayi mungil Ismail tanpa perbekalan yang cukup, demi terpenuhinya perintah Allah yang Agung.

Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Pengorbanan Khadijah yang akhirnya membuahkan sebuah kemajuan Islam yang bisa kita rasakan saat ini. Dan pengorbanan Hajar yang melahirkan sebuah peradaban, sebuah kota suci, Makkkah Al-Mukarramah.

Memang tidaklah ringan untuk berani melangkahkan perjuangan yang harus selalu disertai dengan pengorbanan. Saat ini, kita banyak menyaksikan perjuangan saudara-saudara kita di Palestina yang pantang menyerah untuk merebut kembali Al-Quds dari cengkraman Yahudi laknatullah ’alaih. Tak terkecuali para muslimahnya, bahkan telah banyak diantara mereka yang telah menjadi syuhada, suatu kemenangan yang agung.

Saudari kita di negara sekuler, terinjak-injak kebebasannya untuk memenuhi identitasnya sebagai muslimah. Tapi mereka berusaha mempertahankan yang telah menjadi azasinya itu, betapapun beratnya kecaman yang mereka rasakan. Sudah jelas, mereka melakukannya sebagai wujud tadhiyyahnya di jalan Allah.

”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah swt. Lalu mereka membunuh atau terbunuh.(Itu telah menjadi) janji yang benar dari jalan Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah ? maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. dan itulah kemenangan yang besar.”

(QS. At-Taubah:111)

Lalu, bagaimana dengan kita disini sebagai seorang muslimah ?
Berapa banyak tadhiyyah yang telah kita lakukan di jalan Allah ?

Ya Ayyuhal Akhowat....segeralah bangun dari tidur kita.
Musuh-musuh Allah telah dihadapan, genderang perang telah diperdengarkan, senjata telah dipanggul, kafilah dakwah telah berjalan, mereka berangkat untuk meraih kemenangan. Dan kemenangan hanya akan diraih dengan tekad dan pengorbanan.

Apa yang bisa kita pikirkan dan kerjakan untuk kemenangan umat ini ?

Dakwah tidak hanya sebatas teoritis. Tapi yang dinanti umat saat ini adalah adanya aksi dari para pengemban amanah umat. Sehingga kita bisa menjadi pelayan terbaik –Nahnu khadimul Ummat-

Allahu ’Alam,


Allah, Sang Motivatorku....

Allah, Sang Motivatorku.....

Sering kita sadari bahwasanya kita tidak bisa sendiri untuk memenuhi impian kita yang selalu diselimuti dengan aral dan perjuangan. Itu tidak bisa dipersalahkan karena memang sudah fitrahnya bagi kita sebagai insan yang lemah. Tentunya harus ada sesuatu yang membuat kita bisa terus bertahan dengan langkah kita yang kadang tersaruk dan tertatih dalam menapaki sebuah impian. Tapi, kita juga tentunya harus bisa memilih apa dan siapa yang bisa dijadikan penyemangat kala kita sudah kelelahan sebelum impian itu kita raih.


Saya jadi teringat pertanyaan guru saya ketika semangat kita hampir kendur untuk meneruskan amanah. Pertanyaan guru saya itu begitu membangunkan hati saya, "Tidak cukupkah Allah sebagai motivasi untuk meneruskan langkah kita?"

Iya, ALLAH sebagai motivasi untuk menapaki kembali langkah yang sempat tertatih karena besarnya perjuangan untuk meneruskan langkah yang senantiasa dihiasi dengan duri yang melintang ditengah perjuangan kita.

Cukuplah ALLAH !!

Karena bila kita menjadikan orang-orang yang kita cintai sebagai motivator kita, maka suatu saat kita harus bersiap untuk kehilangan semangat kita. Karena mereka tidak akan selamanya ada di samping kita untuk terus memberi semangat pada diri.

Bila kita menjadikan materi sebagai pemacu untuk meneruskan langkah kita maka bersiaplah untuk kehilangan impian kita.Karena suatu saat mereka akan habis seiring berjalannya waktu dan Allah berhak mengambilnya kapan saja sesuai yang dikehendaki-Nya.

Cukuplah ALLAH bagimu....

Karena Dia telah menyediakan syurga seluas langit dan bumi bagi para pencari-NYa.

Apalagi yang kita impikan selain Firdaus-nya ????

INNALLAAHA MA'ANA YA...IKHWAH...

Rehatlah Sejenak.....

Rehatlah Sejenak....

kita telah lewati detik, menit, jam, hari, pekan dan tahun-tahun yang cukup panjang dan melelahkan....

semuanya sudah berlalu....


berapa banyak kebaikan yang sudah kita lakukan selama itu ??

mari kita mereka-reka jawabannya....

Ya. ternyata baru itulah kesungguhan yang kita lakukan untuk menyongsong sebuah kehidupan yang pasti dan abadi.
Ternyata, hanya sedikit bekal kumpulkan untuk merebus kebahagiaan akhirat ....

Sudah cukup ??

Pasti tidak !!!

sementara kita sama sekali tidak tahu, berapa tahun, berapa pekan, berapa hari, berapa jam, berapa menit, berapa detik lagi yang tersisa di hadapan kita.

sekarang kita berada disini, Di detik. menit, jam hari, pekan, dan tahun ini ada harapan penuh dalam hati keadaan yang lebih baik dari yang lalu. Karena hanya disini kesempatan kita untuk mengukir kebaikan.

Dunia ini hanya memiliki tiga hari....

Hari kemarin, yang sudah berlalu...dan kita tidak bisa lagi untuk mengubahnya.

Hari esok, hari yang tidak tahu apakah kita masih memiliki kesempatan didalamnya ?

Hari ini, kesempatan kita untuk melakukan perbaikan diri.

Semua kita pasti sangat mendambakan Rahmat Allah untuk bisa dimasukkan ke dalam jannah-Nya.

Itulah kemenangan abadi, kenikmatan yang tak ada tandingannya.

Kenikmatan yang membuat kita tak akan puas hanya sekadar berada di gerbangnya.

Kenikmatan yang membuat kita tak akan berhenti hanya sekedar masuk beberapa langfkah di halamannya.

Kenikmatan agung yang membuat siapapun takkan pernah berharap kecuali sampai kepuncaknya yang paling tinggi...."SYURGA FIRDAUS" kita bahkan berharap ingin termasuk kategori kelompok 'iliyyin, yaitu orang-orang yang ditinggikan.....


Yang merindu-Mu,

Membaca Dan Merenung


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan terbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka". (QS. Ali-Imran: 190-191)

Rasulullah SA W bersabda: "Celakalah orang yang membaca ayat ini akan tetapi tidak memikirkannya". (Al-HAdits)

Dalam ayat ini, ada satu suruhan dari sang Khalik untuk merenungkan penciptaan-Nya yang menyimpan banyak sekali rahasia ilmu yang belum terurai.

Bagaimana Allah menciptakan alam yang Maha Luas ini begitu sangat teraturnya dengan komposisi kehidupan yang sangat luar biasa ??

Dia yang mengatur alam, mengatur siang dan malam sebagai pemenuh tuntutan makhluk yang yang dibumi. sehingga dengan malamnya kita bisa beristirahat dengan ditemani suasana yang sangat menenangkan dan dhiasi dengan bintang gemintang dan siangnya kita bisa melakukan aktivitas kembali dengan suasana yang menunjang pula, dengan suasana yang begitu cerah dan dihiasi awan gemawan.

"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustaka ?".
(QS.Ar-Rahman: 13)


Banyak sekali rahasia Allh yang masih tersembunyi dalam jagat raya ini, meski saat ini banyak sekali para ilmuwan dengan penemuan-penemuan barunya. Dan tentunya itu tidak membuat kita berhenti untuk merenung justru menjadi bahan renungan baru kita. Rahasia apa lagi yang masih terpendam ??

Tapi, apa mungkin kita bisa menggali semua rahasia Allah yang masih tersembunyi ?? Siapakah kita ??

Kita merupakan salah satu makhluk dari penciptaan-Nya yang memang diperintahkan untuk merenung tentang penciptaan-Nya supaya ada ilmu yang sampai pada hati dan menjadi hamba yang bersyukur. Tapi harus kita sadari juga bahwa ada rahasia Allah yang tidak mampu ditembus oleh akal kita. kecuali oleh kekuasaan-Nya.

"Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, lintasilah ! namun kamu tidak dapat melintasinya kecuali dengan kekuasaan".
(QS. Ar-Rahman: 33)


Dalam pangkal ayat ini, diantara Rahman-Nya Allah kepada kita manusia dan jin adalah diberi kebebasan kepada kita unutuk melintasi alam ini baik unutuk mengetahui rahasia yang terpendam di muka bumi ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu dengan sepenuh tenaga dan segenap akal kita karena mendalamnya pengetahuan, namun pada akhir ayat-Nya Allah mengingatkan kita bahwa kekuasaan kita tetap saja terbatas. secerdas apapun otak kita, dan seluas apapun pengetahuan kita, tetap kita tidak bisa menembus semua rahasia Allah, kecuali dengan kekuasaan-Nya. karena semua pekerjaan sangat bergantung pada kekuasaan-Nya

Coba kita ingat kembali bagaimana usaha manusia hendak mengetahui alam yang luas ini.

Manusia menyelidiki keadaan di bulan dengan terbang menggunakan pesawat Apollo yang ukuran waktunya sangat cepat sekali, sehinggga berhasil mereka sampai kebulan dan bisa kembali dengan selamat. Tetapi manusia belum merasa puas sampai disitu. manusia hendak mengetahui pula keadaan venus. Apakah akan berhasil manusia mengetahui seluruh alam semesta ini ?

Bisakah manusia mengetahui keadaan diseluruh bintang-bintang ?


konon ada yang jarak jauhnya dari manusia sampai 100.000 tahun perjalanan cahaya, adakah manusia akan mendapat alat yang cepat perjalanannya sama dengan kecepatan perjalanan cahaya itu ?? Dan kalau ada alat demikian didapat apakah ada manusia yang mempunyai umur 200.000 tahun ?? untuk 100.000 tahun pergi kesana dan 100.000 tahun pulang kembali ? padahal ada bintang yang jauhnya dari kita ini sebilangan satu juta tahun cahaya sehingga ada bintang yang cahayanya masih bisa kita lihat dari bumi ini, padahal dia telah meninggalkan tempatnya yang kelihatan itu sekitar ratus ribu tahun atau sekian juta tahun. berapalah usia umur manusia, paling lama 100 tahun. Dan kalau umur sudah 100 tahun, semua tenaga sudah lemah terutama akal dan pikiran. ( Tafsir Al-Azhar jilid 2 )

Maha Suci Allah yang Maha Mengetahui, Sehingga tidak ada yang patut kita sombongkan dalam diri. ketika kita sudah tidak sanggup untuk menggali rahasaia-Nya maka kita hanya bisa mengingat-Nya dalam segala aktivitas kita dengan penuh rasa cinta, khauf dan raja' sambil berucap : Rabbanaa maa kholaqtahaadza baatilaa subhaanaka faqinaa 'adzaabannaar. Ya Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, Lindungilah kami dari adzab neraka.

Wallahu'alam